Mengajar bukanlah pekerjaan yang sulit tetapi juga tidak sesederhana apa yang kita lakukan. Persis ketika kita belajar, kita tentu akan mengajar dengan pola atau model yang sama ketika kita belajar di kelas. Seringnya guru mengajar dengan monoton, tanpa variasi ataupun metode yang berbeda setiap membawakan materi di kelas. Akibatnya siswa kehilangan minat untuk belajar, yang jika dibiarkan terus menerus siswa akan benci dan apatis dalam belajar. Layaknya seni, mengajar juga harus punya strategi yang cantik supaya prosesnya bisa dipahami serta cocok untuk kondisi siswa. Terkadang guru kurang memiliki informasi memadai atau bahan bacaan guna mengembangkan model pembelajaran yang kreatif, inovatif,menyenangkan. Sehingga yang terjadi setiap mengajar di depan kelas selalu metode yang sama seperti biasa tiada kreasi, percobaan ataupun penggunaan gaya lain yang bervariasi. Selain sudah disibukkan dengan urusan administrasi sekolah, guru juga mengeluh mengenai Kurangnya bahan informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk mengajar dengan asyik dan menyenangkan.

Pengusaha kecil merupakan bagian terbesar dari pelaku bisnis di Indonesia yang berperan sangat penting di dalam struktur perekonomian nasional. Indikasi ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor non-migas, dan keterlibatan wanita sebagai pemilik usaha/pengusaha. Kenyataan ini semakin berperan strategis di dalam era digital yang sudah menggoblalisasi terhadap dunia bisnis. Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang berlimpah, akan tetapi kenyataanya SDA tersebut tidak dapat diolah dengan baik, karena hingga saat ini kelangkaan wirausaha dalam arti yang sebenarnya masih sangat dirasakan. Akibatnya, kemiskinan serta kesenjangan ekonomi masih cukup besar di Indonesia, baik di perkotaan maupun perdesaan. Perkembangan teknologi yang pesat mendorong globalisasi, dimana batas-batas negara seolah-olah menjadi tidak ada. Perdagangan bebas membuat produk-produk yang dihasilkan negara lain masuk dengan leluasa ke pasar Indonesia tanpa dapat dicegah, yang menimbulkan persaingan yang tajam antara produk-produk buatan dalam negeri dan buatan luar negeri. Berdasarkan fakta inilah berbagai upaya pemberdayaan perlu tetap dilakukan baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk meningkatkan daya saing produk-produk yang dihasilkan Indonesia, termasuk oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Buku ini antara lain mencoba untuk memotivasi pentingnya semangat berwirausaha dan meningkatkan kompetisi diri bagi masyarakat khususnya generasi muda di era digital, terlebih lagi di era pemulihan dari krisis akibat pandemi Covid 19 yang berlangsung selama dua tahun, 2020 dan 2021. Tentu saja masih banyak artikel-artikel lainnya mengenai peningkatan daya saing UMKM dan pengembangan kewirausahaan di Indonesia yang perlu juga kita simak bersama.

This study addresses the following research questions: Are there any significant social and environmental performance differences between Indonesian companies and MNCs operating in Indonesia? Do the levels of social and environmental performances have positive association with financial performance? The findings of the study indicate that in terms of social variable, the performance of Indonesian companies and MNCs is the same, while in terms of environmental perspectives, the performance of MNCs i.s better than the one of Indonesia companies. In Indonesian companies, corporate performance and corporate social and environmental performances are not related, while in MNCs the relation is partially supported for social perspective and mostly supported for environmental perspective.

The objective of this study is to address the issue of the relationship between corporate social and financial performance by moderating company size and financial leverage with the use of type of industry as control variable. The Corporate social performance (CSP/CSR) is measured using seven item developed initially by Michael Jantzi Research Associate, Inc and used by Mahoney and Robert (2007). To attain main research objective, the measure of CSP composite is used. Furthermore, company size, financial leverage, and type of industry are measured by total asset, degree of internal and external source to finance the company's assets, and dummy variable (0 for non manufacture and 1 for manufacture), respectively. A moderated multiple regression model is used in the present study. Four models are developed in the study based on the theory of slack resource and good management. The result of the present study is that corporate social performance (CSP/CSR) has no effect on corporate financial performance (CFP) under slack resource and good management theory it is also shown that only financial leverage could moderate the interaction between CSP/CSR and financial performance (CSP). However, based on the overall analysis, it may be reasonable to come to conclusion that the relationship between CSP and financial performance is spurious as Orlitzki (2000) concluded.

Based upon a review of corporate performance, corporate financial performance and corporate social performance, we propose that the concept of --triple bottom line‖ (TBL) as --sustainable corporate performance‖ (SCP) should consist of three measurement elements, namely: (i) financial, (ii) social and (iii) environmental. TBL as SCP is proposed to be derived from the interface between them. We also propose that the content of each of these measurement elements may vary across contexts and over time. Furthermore, TBL as SCR should be interpreted to be a relative concept that is dynamic and iterative. Continuous monitoring needs to be performed, adapting the content of the measurement elements to changes that evolve across contexts and over time in the marketplace and society. TBL as SCP may be seen as a function of time and context.

The objectives of this chapter are to analyze the difference of corporate social performance between state-owned companies (SOCs) and private-owned companies (POCs) in Indonesia, and to examine the correlation between the corporate social performance and the corporate financial performance. Using a purposive sample from state-owned and private owned firms between 2001 and 2004, the results of this study indicate no significant difference in corporate social performance between SOCs and POCs. Further, no association between corporate social performance (CSP) and financial performance both in SOCs and POCs was detected.