· 2020
Buku ini begitu berisi dan enak dibaca. Bahasanya yang lugas dan sederhana mengantarkan kita untuk lebih memahami cinta sesungguhnya, yang hakiki dan sejati. Betapa sering kita tidak menyadari keberadaan cinta itu sendiri, padahal ia selalu ada menyertai kita. Betapa sering kita menganggap sesuatu adalah petaka, padahal sesungguhnya ia adalah bukti cinta-Nya. Kita anggap musibah, padahal rahmat. Manusia memang makhluk yang paling sering berkeluh kesah daripada mengambil hikmah. Kisah di dalamnya mampu menuntun kita untuk berintrospeksi, mengoreksi diri, sudah sempurnakah kita menjalankan perintah-Nya, sebagai balasan dan syukur kita atas cinta-Nya? Pernahkah kita beribadah dengan khusyuk dan ikhlas, serta mengerti untuk apa perintah itu dibebankan-Nya? Ternyata semua itu adalah, karena begitu besar cinta-Nya kepada kita. Allah menginginkan hamba-Nya selalu dalam keselamatan, kesehatan, ketenteraman, ketenangan, kebersihan dan kesucian. Betapa jarang kita merenunginya. (Genta Hidayah, Motivasi, Islam, Motivasi Islami,)
· 2020
Tulisan ini menyadarkan kita untuk kembali memelajari Al-Qur’an secara mendalam, serta menjadikannya petunjuk kehidupan dengan meneladani Rasulullah sebagai Al-Qur’an hidup. Al-Qur’an yang kita baca, maknai, dan amalkan akan membuat kita kuat dan bersemangat dalam menjalani hidup. Ketika jiwa kita kuat, otomatis fisik kita akan mempunyai kekebalan tubuh yang membuat kita nyaman dalam beraktivitas dan berinteraksi. Dengan Al-Qur’an, panca indra kita mampu bekerja lebih, dimana telinga, mampu mendengar lebih tajam, mata, mampu memandang jauh ke depan, dan hati, mampu merasakan lebih dalam. Seakan seluruh jiwa itu menjelma menjadi samudra, lapang nan luas, tak tercemar saat dilempari kotoran, tak beriak saat dilempari bebatuan, kuat menghadapi apapun. Kita juga tidak mudah sakit karena dikatai ataupun ketika merespon sesuatu, karena menurut para ahli, bahwa penyakit itu datang lebih dominan karena pikiran dan selebihnya dari pola makan. (Genta Hidayah, Motivasi, Islam, Motivasi Islami)
No image available
· 2015
Siapa yang tak mengenal Nabi Ismail as? Ia adalah anak Nabi Ibrahim as., dari Siti Hajar, yang diperintahkan Allah untuk mendiami lembah gersang tak bertanaman. Namun, dengan cinta kasih-Nya, Allah menganugerahi mereka air Zamzam hingga hiduplah daerah yang gersang itu. Nabi Ismail as., bertemu kembali dengan ayahnya di Mekah setelah berusia dewasa. Pertemuan anak dan ayah yang sekian lama berpisah itu sangat mengharukan. Namun, belum puas melepas rindu, sang ayah harus kembali rela kehilangan karena mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih anak semata wayangnya itu. Nabi Ismail as., seorang anak yang luar biasa sabar. Saat sang ayah meminta pendapatnya untuk menyembelihnya, dengan santun ia berkata, åÒWahai Ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah, Ayah akan mendapatiku sebagai seorang yang sabar.åÓ (QS. Ash-Shaaff aat [37]: 102). Subhanallah, Nabi Ismail as., mempersembahkan hidup dan matinya hanya untuk Allah semata. Bisakah kita memiliki anak seperti Nabi Ismail as? Betapa Allah meninggikan derajatnya dan melebihkan dirinya atas manusia yang lain pada masanya. Lewat buku ini penulis mengajak pembaca bertamasya menyusuri lembar demi lembar kehidupan Nabi Ibrahim as., yang menguatkan dan menjernihkan jiwa, hingga kita temukan kunci bagaimana Nabi Ibrahim as., mendapat karunia Allah berupa anak yang luar biasa seperti Nabi Ismail as.
· 2019
Ketika masih sendiri, aku senantiasa berkhayal, ‰ÛÏAlangkah bahagianya jika aku menikah.‰Û� Namun setelah menikah, aku pun bertanya, ‰ÛÏApakah aku bahagia?‰Û� Waktu terus bergulir. Ujian demi ujian terus datang dan aku terus belajar memecahkan persoalan demi pesoalan, hingga akhirnya aku temukan suatu jawaban: betapa bahagianya menjadi istri! Buku ini sungguh menginspirasi kita semua untuk mengetahui apa arti kebahagiaan sesungguhnya.
No image available
No image available